Sunday, March 2, 2014

Fenomena Diet

Gaya hidup sedentary yang membuat tubuh tidak banyak bergerak berdampak buruk terhadap kesehatan. Banyak yang menyadari hal ini namun tak mudah untuk menghindari sehingga gaya hidup tidak sehat ini masih menjadi bagian dari keseharian.
Di tengah minimnya waktu yang tersisa untuk olahraga, ragam diet pun menjadi pilihan solusi mempertahankan berat badan dan kesehatan secara umum.
Berikut beberapa pola diet yang sempat jadi tren sepanjang 2013. Jika belum sempat mempraktikkannya, Anda bisa pertimbangkan salah satunya untuk menjadi resolusi sehat 2014 nanti.

1. OCD (Obsessive Corbuzier Diet)
Diet yang diperkenalkan seorang entertainer ini mengundang penasaran dan ingin tahu masyarakat. Hal ini dikarenakan mekanisme diet yang tidak biasa. Para pelakunya boleh makan apa saja saat waktu ‘jendela makan’ berlangsung. Namun setelahnya, pelaku tidak boleh makan apapun dan hanya minum air putih.
Dalam bukunya, entertainer tersebut menyarankan pengurangan waktu ‘jendela makan’ secara bertahap selama seminggu. Pengurangan waktu makan sebanding dengan penambahan waktu puasa, yang berlangsung selama 16 jam,18 jam, 20 jam, hingga 22 jam. ‘Jendela makan’ perlahan menurun  yaitu 8 jam, 6 jam, 4 jam, hingga 2 jam.
Tiap tahap berlangsung selama satu minggu. Entertainer tersebut mengatakan, OCD bisa mengurangi berat badan 5-6 kilogram dalam satu bulan. Untuk pemula, disarankan makan mulai jam 12 malam hingga pukul 7 pagi. Pelaku OCD harus melakukan dietnya dengan konsisten untuk memperoleh hasil maksimal.
Meski tampak mudah dan menyehatkan, ahli gizi Atik Nirwanawati menyarankan, masyarakat berkonsultasi dengan tenaga keseharan terlebih dulu sebelum melakukan OCD. “Dalam pengaturan pola makan penting menyeimbangkan asupan mikro dan makro nutrisi. Pengaturan yang buruk tidak akan baik untuk kesehatan. Kalaupun berat badan turun maka yang berkurang adalah cairan bukan lemak,” ujarnya.

2. Mediterania
Pengaturan pola makan ini didasarkan pada masyarakat yang hidup di kawasan Mediterania dari Spanyol hingga Timur Tengah. Walau memiliki beragam kreasi, diet mediterania tetap berinti pada makanan nabati seperti sayur, buah, biji-bijian, gandum utuh, kacang, dan minyak zaitun. Makanan ini dikombinasikan dengan keju, yogurt, ikan, unggas, telur dan anggur.
Diet mediterania menghindari asupan lemak jenuh, sodium, pemanis dan daging merah. Berbagai makanan ini disajikan dalam keadaan segar dan utuh. Pengolahan makanan juga sangat sederhana dan menghindari penggunaan minyak. Diet ini juga termasuk makan malam santai dan aktivitas fisik reguler.
Dengan asupan kaya nutrisi makro dan mikro, diet mediterania bisa mencegah pelakunya terkena penyakit degeneratif misalnya diabetes. Pembatasan asupan kolesterol menyebabkan kadar trigliserida, LDL, HDL, dan tekanan darah tetap stabil.

3. Makanan mentah
Makanan mentah adalah diet yang mengharuskan makanan tidak dimasak dalam suhu lebih dari 118 derajat Fahrenheit atau 48 derajat Celcius. Pembatasan suhu berlaku pada berbagai metode pengolahan seperti rebus, goreng, atau panggang.
Pengaturan ini berlaku pada sayur, buah, kacang dan biji-bijian. Diet raw food sebetulnya sudah ada pada budaya Indonesia, misalnya lalapan. Diet ini didasarkan anggapan proses memasak menghilangkan 70-80 persen vitamin, 50 persen protein, serta 100 persen enzim dalam bahan pangan. Proses memasak juga menghilangkan lemak baik dan mengubahnya menjadi lemak trans. Radikal bebas ini kemudian menghalangi respirasi sel, dan memicu munculnya berbagai penyakit.
Dengan mengonsumsi makanan dalam bentuk alami, diharapkan tubuh tidak kekurangan enzim yang berguna. Sehingga kesehatan tubuh tetap terjaga dan terhindar dari radikal bebas penyebab gangguan metabolisme maupun kardiovaskuler.

4. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
Diet ini diterapkan untuk menurunkan tekanan darah. Pelakunya memperoleh manfaat tambahan yaitu berat badan terjaga, menurunkan risiko penyakit jantung, dan diabetes.
Pelaku diet DASH tidak perlu berpantang makanan tertentu. Diet ini hanya mewajibkan konsumsi banyak sayur dan buah. Sumber protein didapatkan dari kacang-kacangan dan daging tanpa lemak. Pelaku juga diwajibkan mengurangi konsumsi susu dan memilih produk susu atau keju yang minim lemak. Bagi penderita hipertensi, diet DASH perlu diimbangi dengan pengurangan konsumsi natrium atau garam. Caranya dengan menghindari makanan olahan seperti sosis atau daging kalengan.

5. Diet alkalin
Diet ini berdasarkan pada anggapan semua makanan yang kerap dikonsumsi memiliki kandungan asam tinggi. Kandungan asam tinggi  mengganggu keseimbangan alkalin dalam tubuh dan bisa memicu naiknya berat badan.
Diet ini tidak mengharuskan pelakunya menghindari makanan yang mengandung asam. Namun porsi makanan tersebut dikurangi dan diganti makanan sehat seperti buah dan sayur. Pelaku diet juga harus mengurangi makanan dengan banyak gula, alkohol, dan olahan pabrik.
Pada akhirnya pola makan pelaku diet terdiri atas 70 persen makanan alkalin dan 30 persen makanan asam. Sasaran utamanya jenis makanan, bukan kandungan kalorinya.
Perlahan, pelaku diet akan merasakan peningkatan energi dengan berat badan yang semakin ideal. Kulit pelaku diet juga semakin sehat dan terhindar dari penuaan.

Sumber: KOMPAS.com

Tentang Trigliserida

Trigliserida adalah suatu bentuk ester dari gliserol dan 3 asam lemak.
Asam lemak yang melekat pada gliserol ini biasanya berantai panjang.
Sesuai dengan pelajaran kimia tempo dulu, semakin banyak jumlah atom C atau semakin panjang rantainya akan menyebabkan senyawa itu akan lebih bersifat hidrofobik (hidro : air phobia : benci).
Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Trigliserida adalah senyawa yang tidak larut dalam air.

Karena tidak larut dalam air, maka Trigliserida ini berada dalam darah dengan tidak terikat dengan air.
Dapat juga diilustrasikan ketika kita menyaring gel (darah kental) dengan menyaring minyak secara bersamaan.
Maka proses filtrasi juga akan menjadi lebih lambat dari biasanya dan dapat berpotensi merusak penyaring yang ada pada ginjal.

Selain itu dengan tingginya kadar trigliserida dalam darah, dapat juga bersama2 dengan kolesterol dibantu dengan ada nya ion Ca++ (Kalsium) membentuk plak pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah mengeras dan menyempit.
Fenomena ini dinamakan dengan arterischlerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan mengakibatkan naiknya tekanan darah (hipertensi).

Naiknya tekanan darah juga memiliki efek pada ginjal. Di mana ginjal yang saringannya sangat halus dan harus menyaring banyak dan kental diberi tekananan tinggi. Akibatnya akan lebih mempercepat kerusakan pada penyaring ginjal.

Trigliserida bukan kolesterol melainkan salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah yang dikemas dalam bentuk partikel lipoprotein. Makan makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan kadar trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. lemak yang berasal dari nabati memang tidak mengandung kolesterol namun mengandung trigliserida yang tinggi contohnya durian, kelapa . Sejumlah faktor dapat mempengaruhi tingginya trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makanan berlemak jenuh tinggi, makanan yang tinggi glukosa / karbohidrat serta minuman alkohol. Pada beberapa kasus ditemukan adanya hubunagn faktor genetik dan trigliserida yang tinggi
untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida harus dibarengi dengan perubahan pola makan / memilah- milah jenis makanan .

Untuk memperbaiki kadar trigliserida omega 3 dan serat memiliki peranan yang cukup penting. Oleh karena itu konsumsi suplemen jely gamat, spirulina dan vitaluxor dianjurkan bagi mereka yang memiliki masalah seperti itu.

sekedar info berikut ini adalah ambang batas trigliserida dalam darah sbb :

Kadar yang diingini : maksimal 150 mg / dl
kadar ambang batas tinggi : antara 151 - 250 mg /dl
Kadar trigliserida tinggi : 251 - 400 mg / dl
Kadar trigliserida amat tinggi : 401 mg / dl atau lebih


Dulu tingkat trigliserid di bawah 500 mg/dl tidak dianggap berbahaya. Namun Asosiasi Jantung Amerika menetapkan agar kadar trigliserid sebaiknya di bawah 150 mg/dl dan lebih baik lagi kalau di bawah 100 mg/dl.
Tingginya trigliserid sering disertai dengan keadaan kadar HDL rendah. Sementara yang lebih mengerikannya lagi, ditemukan pula pada kadar trigliserida diatas 500 mg/dl dapat menyebabkan peradangan pada pankreas.
 
Sumber : bisnisbekam.com