Saturday, January 4, 2014

Persalinan Normal vs Operasi Caesar? Pahami, Pilih, dan Tentukan dari Sekarang

Banyak yang beranggapan tidak lengkap rasanya menjadi ibu bila persalinan tidak dilakukan secara normal.  Kini, fenomena ini tampaknya sedikit bergeser.  Sebuah survei terhadap 849 ibu muda di Indonesia, yang dikutip dari buku kehamilan oleh Nadia Mulya menunjukkan bahwa 46% di antara mereka lebih memilih persalinan dengan operasi caesar.  Bagaimana dengan Ibu?  Sebelum memutuskannya, pastikan Ibu mengetahui benar akan metode-metode persalinan beserta kelebihan dan kekurangannya.

Bagaimanapun, melahirkan secara normal adalah cara terbaik.  Mengapa? Proses persalinan alami ini akan memberikan sinyal ke seluruh tubuh untuk melanjutkan perannya dalam proses penyembuhan dan ‘memberi makan’ bayi.  Misalnya saja, kelenjar susu akan segera aktif memproduksi kolostrum dan air susu, rahim akan berkontraksi secara alami untuk kembali ke bentuk tubuh semula, darah kotor akan dikeluarkan, serta hormon perlahan kembali ke kondisi semula.  Namun, perlu kedewasaan bagi masyarakat untuk tidak buru-buru mengecap ibu yang melahirkan normal itu hebat dan sebaliknya.  Tidak ada bukti ilmiah bahwa mereka yang melahirkan normal akan lebih menyayangi anaknya dibandingkan mereka yang melahirkan secara caesar.

Persalinan Normal:  Mengapa Paling Ideal?
Pada persalinan normal, proses persalinan dilakukan lewat cara alami, yaitu melalui vagina.  Jikapun digunakan obat-obatan, biasanya penggunaannya diusahakan seminimal mungkin.  Pada kasus-kasus tertentu, bisa saja persalinan normal ini membutuhkan bantuan alat tambahan, seperti forsep ataupun vakum.

Ada 4 hal yang perlu diingat jika Ibu menginginkan persalinannya berlangsung secara normal.  
Pertama, faktor bayi dalam kandungan.  Karenanya, selama bulan-bulan kehamilan, Ibu disarankan melakukan kontrol secara rutin.  Dokter akan selalu melakukan USG untuk memantau kondisi kesehatan janin, seperti ukuran janin (bobot tubuhnya) apakah normal untuk usia kandungan tertentu.  Dibulan terakhir kehamilan, bobot bayi lahir yang normal berkisar antara 2,5-4,0 kg.  Pastikan bobot bayi tidak terlalu besar ataupun sebaliknya.  Dokter juga dapat memantau keadaan plasenta dan tali pusatnya.  Sebuah sumber dalam jurnal ilmiah menyebutkan bahwa sebenarnya tidak ada alasan ahli medis melakukan caesar hanya karena faktor lilitan tali pusat.  Mengapa?  Rata-rata bayi normal memiliki panjang tali pusat sekitar 50 cm, sehingga ukurannya cukup panjang.  Jika terjadi lilitan 1-2 kali saja tidak menimbulkan masalah, tergantung posisi plasenta ada di sebelah mana.  Namun, jika lilitannya melebihi 2-3 kali, baru akan berpengaruh dan peluang ini jarang terjadi.

Kedua, faktor ibu itu sendiri yang berkaitan dengan ukuran panggul; apakah cukup luas untuk dilewati bayinya kelak.  “Harus ada kesesuaian antara yang ‘mau lewat’ dengan ‘yang dilewati’, sehingga perlu untuk memperhatikan ukuran bayi,” jelas dr Diah Sartika Sari, SpOG, klinisi ahli yang berpraktik di RSIA Kemang Medical Care, Jakarta.  Selain itu, Ibu pun harus dinyatakan sehat secara fisik, artinya tidak menderita penyakit lain, seperti hipertensi yang cukup berisiko.

Ketiga, faktor kontraksi saat menjelang atau pada hari ‘H’.  Apakah ada kontraksi simultan ataukah hilang-timbul, bahkan tidak ada kontraksi sama sekali yang mengharuskan si ibu diinduksi dengan pemberian hormon oksitosin melalui infus atau prostaglandin melalui vagina.  Pada dasarnya, setiap kasus persalinan adalah unik dan membutuhkan penanganan yang berbeda.

Keempat, faktor yang sering dianggap remeh namun sebenarnya sangat berpengaruh, yaitu kondisi psikis si ibu.  Dukungan dari si ayah ataupun kerabat keluarga lain, sangat diperlukan demi kelancaran persalinan, selain tenaga medis yang menanganinya.  Hindarkan stres karena hanya akan menimbulkan tense mind yang memengaruhi serviks dan menyebabkan ketegangan pada vagina sehingga persalinan menjadi tidak lancar.

• Kelebihan persalinan normal
“Ya, namanya saja persalinan normal, maka itulah cara paling alami yang banyak dipilih,” ujar dr Diah Sartika Sari, SpOG.  Persalinan normal memang yang paling ideal.  Persalinan ini tentu minim risiko, seperti perdarahan yang tidak berlebihan.  Biaya persalinannya tentu jauh lebih murah ketimbang caesar.  Proses pemulihan setelah persalinan umumnya lebih cepat.  Ibu tak perlu menjalani rawat inap lama; sekitar 4-6 jam pascapersalinan, umumnya si Ibu sudah bisa berjalan dan keesokan harinya sudah boleh pulang dari rumah sakit. Rahim pun akan melalui proses alami untuk kembali ke bentuk semula.  Jika Ibu berencana memiliki anak lagi, maka tidak ada masalah dengan jarak kehamilan berikutnya.
Secara biologi, persalinan ini memicu kelenjar susu memproduksi kolostrum untuk dihasilkannya air susu.    Selain itu, bayi yang lahir secara normal memiliki daya tahan tubuh terhadap alergi yang lebih tinggi dan risiko asma juga rendah.

• Kekurangan persalinan normal
 Meski kini ada banyak pilihan untuk meredakan/menghilangkan rasa nyeri saat persalinan, memang pada persalinan normal yang biasa masih menyisakan trauma nyeri persalinan.  Bagi sebagian Ibu, nyeri ini bisa terasa semakin menyakitkan terutama bila si Ibu tegang.  Selain itu, penyayatan sebagian area vagina di dekat anus yang istilah medisnya ‘episiotomi’ ini, berisiko membuat keelastisitasan vagina saat berhubungan seks menjadi berkurang.  Ada kemungkinan, Ibu pun mengalami kesulitan duduk dan berdiri selama seminggu. 
Bila si ibu memilih persalinan normal secara epidural, obat-obatan yang digunakan bisa saja masuk ke aliran darah si bayi dan membuatnya sering mengantuk dan terkadang lambat bernapas saat dilahirkan kelak.

Mengapa Harus Bersalin Caesar?

Meskipun tidak ada data yang bisa merepresentasikan populasi, harus diakui bahwa ada tren semakin banyak ibu hamil yang merencanakan persalinannya secara sectio caesaria (operasi caesar).  Jenis operasi besar yang satu ini bukan tanpa alasan untuk dipilih. 
Data survei yang dikutip dari sebuah buku kehamilan oleh Nadia Mulya menunjukkan bahwa 394 responden memilih caesar karena beragam alasan.  Sebanyak 83.5% di antaranya mengaku harus bersalin caesar karena keputusan dokter (komplikasi medis).  Memang, persalinan caesar sebaiknya hanya dilakukan bila ada indikasi medis yang mengancam keselamatan ibu dan bayi-- yang bahkan baru diketahui di detik-detik menjelang kelahiran.  Indikasi-indikasi seperti minimnya cairan ketuban yang tersisa,  bayi berada dalam posisi sungsang atau melintang, kondisi placenta previa (posisi plasenta berada di bawah rahim sehingga menghambat jalan lahir), pre-eklamsia menjelang kelahiran, salah satu janin pada kehamilan kembar meninggal, panggul sempit sementara bobot bayi terlalu besar, dan infeksi penyakit menular-- sering terjadi pada kasus persalinan caesar.  Namun, bukan berarti semua indikasi medis wajib melalui caesar.  Ini tentunya sangat berkaitan dengan edukasi para dokter yang menangani kontrol kehamilan dan persalinan si ibu.  Karenanya, Ibu harus lebih cermat dalam memilih ahli medis yang menangani kehamilan berikut persalinannya kelak.
Sebanyak 10% responden lainnya beralasan memilih caesar karena kehamilan sebelumnya juga melalui cara yang sama.  Sementara responden sisanya, memilih karena tidak ingin merasakan nyeri hebat persalinan dengan proses yang relatif cepat, faktor estetika (tidak ingin elastisitas vagina berubah), bisa menentukan tanggal kelahiran bayi, dan rekomendasi kerabat.

• Saat-saat persalinan
Proses persalinan secara caesar dimulai dengan mencukur rambut di bagian bawah garis kemaluan dan Ibu akan diberikan suntikan epidural.  Lalu, cairan infus disuntikkan ke pembuluh vena.  Ibu juga akan diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.  Detak jantung dan tekanan darah juga selalu dipantau lewat monitor khusus selama jalannya operasi dan kateter juga dipasang untuk mengosongkan kandung kemih selama operasi berlangsung.  Setelah Ibu berada dibawah pengaruh obat bius, barulah tindakan penyayatan dilakukan.  Keseluruhan proses dapat berlangsung selama 30 hingga 45 menit dan bayi Ibu lahir di lima atau sepuluh menit pertama.

• Kekurangan persalinan caesar
Bila Ibu bersalin secara caesar, maka ada beberapa hal ketidaknyamanan yang kelak dirasakan meski operasi dijalankan sesuai standar operasionalnya.  Beberapa hari pertama pascapersalinan, akan timbul rasa nyeri hebat yang kadarnya dapat berbeda-beda pada setiap Ibu.  Proses pemulihan cenderung berlangsung lebih lama, sehingga Ibu harus menjalani waktu rawat inap yang lebih lama ketimbang persalinan normal.  Efek obat biusnya dapat membuat bayi cepat mengantuk, sulit saat harus mulai bernapas saat dilahirkan, sembelit, dan masuk angin.  Sementara cara penyuntikkan obat bius di tulang punggung dapat membuat Ibu sering merasakan kesemutan dan rasa pusing cukup hebat di kemudian hari.  Operasi besar ini menimbulkan trauma operasi, seperti terjadinya risiko perdarahan dua kali lebih besar ketimbang persalinan normal dan juga risiko kerusakan kandung kemih.  Tentu saja biaya persalinan caesar akan jauh lebih mahal.

• Kelebihan persalinan caesar
Bila indikasi medis membuat persalinan normal menjadi berisiko tinggi, persalinan caesar tentu saja menjadi cara teraman.  Ibu yang memilih dibius secara lokal dapat melahirkan secara sadar, sehingga bisa segera menyusui si bayi dengan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) segera setelah operasi.  Selain itu, karena tidak ada proses mengejan, risiko meregangnya otot-otot dasar panggul dan vagina menjadi berkurang.  Proses persalinan dengan cara ini relatif singkat—membutuhkan waktu kurang dari satu jam.

dr. Diah Sartika Sari, SpOG
Materi disunting dan pernah dimuat pada Majalah Kartini Edisi Ibu dan Anak

No comments:

Post a Comment