Selasa (17/12) selepas isya, arus lalu lintas terlihat ramai dan lancar
di sepanjang Jalan Raya Parung-Bogor. Kendaraan melaju di dua lajur
jalan, baik yang menuju arah Bogor maupun Jakarta.
Sudah sejak lama kawasan ini tersohor dengan banyaknya warung remang-remang alias warem. Namun, warung-warung yang menjual aneka penganan dan minuman itu tidak hanya berada di pinggir jalan. Tak sedikit yang letaknya berada di dalam gang. Wanita-wanita penjaja tubuh dipajang di pinggir jalan untuk menarik pengendara agar mampir ke warung.
Menjelang tengah malam, jumlah cewek-cewek berdandan seronok yang lazim dijuluki "duren Parung" di kawasan tersebut bertambah banyak. Jumlahnya mencapai puluhan. Mereka berdiri di pinggir jalan, baik sendiri, berdua maupun berkelompok.
Geliat prostitusi terlihat begitu kentara di sepanjang Jalan Jampang, perbatasan Parung-Kemang, Kabupaten Bogor. Puluhan wanita mulai yang muda hingga menjelang usia paruh baya berdiri di pinggir jalan, melambaikan tangan dan menggoda pengendara yang melintas.
Dandanan para wanita ini beragam. Ada yang tampak mencolok memamerkan lekuk-lekuk tubuh dengan pakaian seksi hingga yang terlihat agak sopan. Tak hanya di pinggir-pinggir jalan mereka beroperasi. Dalam menjalankan aksinya mereka juga tersebar di berbagai tempat hiburan malam.
Tumbuh suburnya praktik prostitusi di kawasan ini ditunjang dengan berdirinya banyak diskotek, kafe, dan bar yang menyuguhkan musik dangdut. Selain maraknya bar dangdut atau yang dikenal dengan sebutan bardut, beberapa motel dan hotel transit dalam kurun 10 tahun terakhir juga berdiri di daerah ini. Para wanita penjaja cinta ini dengan mudah banyak ditemui di warem-warem yang berkedok kafe atau bardut.
Keberadaan warung remang-remang di Parung sudah eksis sejak lama. Direktur Institut Inovasi Sosial Indonesia, Arifin Purwakananta, menyoroti sudah lamanya fenomena warem di Parung dilihat dari jumlah wanita nakal dan kondisi waremnya serta masyarakat setempat yang seperti membiarkan terlalu lama.
Arifin mengungkapkan sejak ia tinggal di dekat daerah Parung pada 2001, keberadaan warem memang sudah sangat mencemaskan. Banyak wanita nakal yang masih muda belia mangkal di pinggir jalan.
Ia menyebut perempuan-perempuan tersebut banyak berasal dari Jawa Barat seperti Indramayu dan Sukabumi. Jumlahnya sekarang diperkirakan semakin bertambah. “Saya enggak tahu pastinya. Tapi, saya duga ini sudah lama bahkan puluhan tahun lebih sebelum saya tinggal di sini pada 2001,” kata Arifin kepada detikcom, Selasa (17/12).
sumber: detikcom
Sudah sejak lama kawasan ini tersohor dengan banyaknya warung remang-remang alias warem. Namun, warung-warung yang menjual aneka penganan dan minuman itu tidak hanya berada di pinggir jalan. Tak sedikit yang letaknya berada di dalam gang. Wanita-wanita penjaja tubuh dipajang di pinggir jalan untuk menarik pengendara agar mampir ke warung.
Menjelang tengah malam, jumlah cewek-cewek berdandan seronok yang lazim dijuluki "duren Parung" di kawasan tersebut bertambah banyak. Jumlahnya mencapai puluhan. Mereka berdiri di pinggir jalan, baik sendiri, berdua maupun berkelompok.
Geliat prostitusi terlihat begitu kentara di sepanjang Jalan Jampang, perbatasan Parung-Kemang, Kabupaten Bogor. Puluhan wanita mulai yang muda hingga menjelang usia paruh baya berdiri di pinggir jalan, melambaikan tangan dan menggoda pengendara yang melintas.
Dandanan para wanita ini beragam. Ada yang tampak mencolok memamerkan lekuk-lekuk tubuh dengan pakaian seksi hingga yang terlihat agak sopan. Tak hanya di pinggir-pinggir jalan mereka beroperasi. Dalam menjalankan aksinya mereka juga tersebar di berbagai tempat hiburan malam.
Tumbuh suburnya praktik prostitusi di kawasan ini ditunjang dengan berdirinya banyak diskotek, kafe, dan bar yang menyuguhkan musik dangdut. Selain maraknya bar dangdut atau yang dikenal dengan sebutan bardut, beberapa motel dan hotel transit dalam kurun 10 tahun terakhir juga berdiri di daerah ini. Para wanita penjaja cinta ini dengan mudah banyak ditemui di warem-warem yang berkedok kafe atau bardut.
Keberadaan warung remang-remang di Parung sudah eksis sejak lama. Direktur Institut Inovasi Sosial Indonesia, Arifin Purwakananta, menyoroti sudah lamanya fenomena warem di Parung dilihat dari jumlah wanita nakal dan kondisi waremnya serta masyarakat setempat yang seperti membiarkan terlalu lama.
Arifin mengungkapkan sejak ia tinggal di dekat daerah Parung pada 2001, keberadaan warem memang sudah sangat mencemaskan. Banyak wanita nakal yang masih muda belia mangkal di pinggir jalan.
Ia menyebut perempuan-perempuan tersebut banyak berasal dari Jawa Barat seperti Indramayu dan Sukabumi. Jumlahnya sekarang diperkirakan semakin bertambah. “Saya enggak tahu pastinya. Tapi, saya duga ini sudah lama bahkan puluhan tahun lebih sebelum saya tinggal di sini pada 2001,” kata Arifin kepada detikcom, Selasa (17/12).
sumber: detikcom
No comments:
Post a Comment