Abraj al Bait, tepat berada di depan Masjidil Haram (Foto:skyscrapercenter.com) |
Menara ini merupakan salah satu hotel dari komplek tujuh hotel Abraj al Bait. Enam hotel lainnya masing-masing diberi nama Hajar, Zamzam, Maqam, Qibla dengan ketinggian 250, serta Marwa dan Safa yang punya ketinggian 240 m.
Bentuk menara jam ini sangat mirip dengan menara jam raksasa Big Ben di London, tetapi ukurannya lebih besar 3 kali lipat. Jam pada menara tersebut pada malam hari akan berwarna hijau bisa dilihat dari jarak 17 km, sedangkan pada siang hari akan berwarna putih dan masih bisa dilihat dari jarak 12 km. Dua juta lampu LED dibawah jam dinyalakan lima kali sehari sebagai pertanda waktu shalat. Lampu ini bisa terlihat terangnya sampai 28 kilometer.
Menara Jam dari jarak 3 km |
Komplek Abraj al Bait ini seluruhnya memiliki 3.000 kamar hotel dan apartemen ditambah 20 lantai pusat perbelanjaan dan tempat parkirnya sanggup menampung 1000 mobil. Pembangunan komplek Abraj al Bait ini dikerjakan oleh grup Bin Laden, perusahaan kontrusksi terbesar di Arab Saudi. Tujuannya antara lain agar Makkah mampu menampung 10 juta jamaah haji. Saat ini Makkah hanya mampu menampung sekitar 3 juta jamaah.
Abraj al Bait dari depan pintu Masjidil Haram |
Kritik terhadap Pembangunan Menara
Banyak yang mendukung proyek pembangunan Abraj al Bait, tetapi tidak sedikit juga yang memberikan kritik. Beberapa di antaranya adalah seperti yang ditulis oleh Gunawan Mohammad dalam Catatan Pinggir-nya. Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian menyebut pembangunan tersebut sebagai “It is the end of Mekkah“.
Sementara Sami Angawy, arsitek pendiri Pusat Penelitian Ibadah Haji di Jeddah memandang transformasi yang berlangsung Makkah berada di bawah kuasa para pengusaha properti dan pengembang. “Mereka ubah tempat ziarah suci ini jadi mesin, sebuah kota tanpa identitas, tanpa peninggalan sejarah, tanpa kebudayaan dan tanpa lingkungan alam. Bahkan mereka renggut gunung dan bukit.”
Pembangunan Abraj al Bait ini juga sempat menimbulkan ketegangan antara pemerintah Arab Saudi dan Turki karena harus menggusur Benteng Ajyad yang dibangun oleh Keraajaan Turki Usmani pada tahun 1781. Pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk melindungi Ka’bah dari serangan pihak luar.
Benteng Ajyad, Situs yang tergusur karena pembangunan Abraj al Bait (foto : Wikimedia) |
Bagi saya pribadi, komplek Abraj Al Bait adalah bangunan yang “mengganggu” di kota Makkah. Komplek ini sangat kontras dengan keberadaan Masjidil Haram dengan bangunan Ka’bahnya yang tepat berada tepat di bawahnya.
Sejak 14 abad yang lalu bangunan masjid merupakan simbol dari kesetaraan, kesederhanaan dan kerendahan manusia di hadapan Allah SWT. Sementara Abraj al Bait adalah simbol hedonisme dan kemewahan. Bangunan ini juga terkesan a-historis, tanpa ada hujan dan angin tiba-tiba berdiri bangunan yang bentuk dan nuansanya sangat berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Pembimbing haji saya selalu memberikan nasehat kepada para jamaah, jika kita ingin menjadi haji mabrur maka harus memperbanyak thawaf di Masjidil Haram, bukan di Bin Dawuud. Bin Dawuud adalah mall dan super market yang berada di lingkungan komplek Abraj Al Bait tersebut.
Dalam bayangan ideal saya, seharusnya bangunan yang paling bagus dan paling tinggi yang didirikan di Makkah adalah bangunan Masjidil Haram lengkap dengan menara-menaranya, bukan bangunan yang lain. Sementara tanah-tanah di sekitar masjid dibiarkan menjadi lapangan terbuka. Sejauh-jauh mata memandang, pemandangan yang paling menonjol adalah bangunan Masjidil Haram.
Yang terjadi sekarang justru sebaliknya, Masjidil Haram terlihat seperti miniatur yang berada di ketiak Abraj Al Bait. Keanggunan dan kesederhanaan Masjidil Haram tertutup dengan keangkuhan dan kemegahan Abraj Al Bait.
Tanda Kiamat ?
Dalam sudut pandang agama, menurut keterangan yang pernah saya dengar, bermunculannya gedung-gedung pencakar langit di Tanah Haram sebenarnya adalah termasuk salah satu tanda datangnya hari kiamat. “Tidak akan datang hari kiamat hingga manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan. ”, begitu sabda Nabi Muhammad SAW.
Ibnu Hajar, salah seorang ulama hadits menerangkan bahwa makna salah satu makna berlomba-lomba meninggikan bangunan adalah setiap orang ingin rumahnya lebih tinggi lagi daripada yang lainnya. Makna lainnya adalah berbangga-bangga dgn memperhias & memperindah bangunan atau makna lain yang lebih umum dari itu.
Kalau fenomena tersebut benar-benar terjadi, alangkah mengerikannya. Wallahu a’lam.
Sumber : Kompasiana
LINK TERKAIT :