"Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imrân:102)
Iman
dapat diartikan sebagai keyakinan, yaitu diyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Iman adalah cahaya hati,
dengan iman perasaan akan menjadi tentram dan dengan iman pula bisa
mengubah orang yang jahat menjadi baik.
Seperti di zaman
Rasulullah saw, Bilal bin Rabah, ia disiksa di bawah terik matahari
karena mengakui Allah SWT adalah tuhan Yang Maha Esa, ia tetap teguh
memegang keyakinan itu walaupun siksaan yang ia dapatkan begitu
menyakitkan, semua itu karena iman.
Abu
Bakar salah seorang sahabat Rasulullah saw yang merupakan khulafaur
rasyidin dikenal sebagai sahabat yang sangat lembut, namun bisa berubah
sangat keras apabila melihat kemungkaran, hal itu dikarenakan iman.
Umar
yang juga merupakan sahabat Rasulullah saw dan khulafaur rasyidin
merupakan kebalikan dari Abu Bakar, ia terkenal dengan sikapnya yang
keras namun bisa menjadi sangat lembut karena iman kepada Allah SWT.
Iman
seorang manusia tidak selalu berada dalam keadaan kadar yang meningkat
atau naik, kadangkala iman seseorang menjadi lemah atau turun, jika
sudah begini dapat membuat kita lebih dekat dengan kemungkaran. Oleh
karena itu kita harus waspada dengan fenomena lemahnya iman. Ada
beberapa gejala atau tanda-tanda fenomena lemahnya iman, yaitu:
1. Terjerumus dalam kemaksiatan dan melakukan perbuatan haram
Seseorang
yang sering melakukan maksiat akan merubahnya menjadi gaya hidup,
sehingga hilang pandangan buruk maksiat dari hatinya secara bertahap,
yang pada akhirnya sanggup menampakkan kemaksiatan itu.
2. Merasakan
kalbu yang kaku dan keras. Sampai-sampai merasakan hatinya telah
berubah menjadi batu keras yang tak dapat menyerap dan tidak terpengaruh
oleh apapun
seseorang yang telah keras hatinya tidak dapat lagi menerima atau terpengaruh nasihat-nasihat yang baik untuk dirinya.
3. Tidak dapat sempurna dalam melakukan ibadah
Pikirannya
selalu melayang-layang saat melaksanakan shalat, membaca al-Quran,
membaca doa maupun ibadah lainnya. Tidak dapat menadaburi dan merenungi
makna-makna zikir dan doa-doa yang dibaca. Tidak khusyuk dalam
melaksanakan shalat.
4. Malas melakukan ketaatan dan ibadah dan cenderung melalaikan
Jika
pun melaksanakan, hanyalah sekadar aktivitas kosong tanpa ruh. Di
antara bentuknya yang lain adalah bermalas-malasan dalam melaksanakan
ketaatan. Malas melaksanakan sunah rawatib, shalat malam, bersegera ke
masjid, atau ibadah-ibadah lain semisal shalat dhuha. Jika ibadah-ibadah
tersebut saja tidak terbesit dalam pikirannya, apa lagi dengan shalat
taubah atau shalat istikharah
5. Tidak lapang dada, hilang selera, terperangkap dalam ego bahkan seolah ada beban berat yang menghimpit
Akibatnya
menjadi cepat emosi atau berkeluh kesah hanya karena urusan sepele.
Merasa tertekan dengan tingkah orang di sekitarnya dan menjadi tidak
toleran.
6. Tidak tersentuh dengan kandungan ayat Al-Qur'an
Al-Qur'an
diturunkan tidak hanya sebagai petunjuk, namun juga penyembuh hati.
Orang-orang yang tidak tersentuh Al-Qur'an merupakan peringatan bagi
seseorang mengenai kelemahan imannya.
7. Lalai dari mengingat Allah SWT dan berdoa kepada-Nya
Sehingga berat ketika berzikir. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, begitu cepat diturunkannya lagi kemudian berlalu.
8. Tidak murka jika kesucian Allah SWT dinistai
Yang
demikian itu karena telah luntur darinya cinta kebaikan dan benci
kemungkaran. Hal itu yang menguasainya sehingga tidak ada yang
mendorongnya untuk mengajak berbuat baik maupun mencegah kemungkaran.
Bahkan ketika mendengar kemungkaran terjadi bisa jadi malah meridainya,
sehingga dia pun mendapat dosa seperti orang yang menyaksikan namun
membiarkannya.
9. Senang memamerkan diri
Hal ini bisa dalam bentuk:
Senang berkuasa dan memimpin, tanpa memperdulikan tanggung jawab dan bahayanya.
Senang muncul di majelis-majelis dan memonopoli pembicaraan,
sehingga ia tidak akan ridho masuk ke suatu majelis melainkan ada yang
menyambutnya, padahal hal itu jelas di larang oleh Rasulullas saw.
10. Serakah dan kikir
Dijelaskan
bahwa orang-orang yang beruntung adalah mereka yang menjauhi
keserakahan diri mereka. Tidak diragukan bahwa lemah iman melahirkan
keserakahan.
11. Mengatakan apa yang tidak dilakukannya
Sebagian dari kita mungkin pernah atau bahkan sering melakukan ini,
kita lebih suka menasihati orang padahal kita tidak pernah melakukan apa
yang kita ucapkan.
12. Gembira dan menginginkan saudaranya gagal, rugi, terkena musibah dan lenyap kenikmatannya
Dia
merasa gembira ketika nikmat yang ada pada saudaranya sirna. Karena
sesuatu yang menjadikan saudaranya itu istimewa telah tiada darinya.
13. Hanya melihat sesuatu perkara dari sisi apakah mengandung dosa ataukah tidak
Tanpa melihat lagi apakah hal itu termasuk perkara "makruh" (dibenci) atau tidak.
14. Meremehkan kebaikan dan tidak peduli dengan kebaikan-kebaikan kecil
15. Tidak peduli dengan kondisi kaum muslimin, tidak bersimpati dengan doa, sedekah maupun bantuan lain
Mati
rasa terhadap penderitaan saudara-saudaranya di belahan bumi yang
terbelenggu musuh, tertindas, teraniaya dan terkena bencana. Cukup
baginya keselamatan dirinya sendiri. Ini adalah dampak lemahnya iman.
16. Memutuskan tali persaudaraan antara orang yang bersaudara
17. Tidak memiliki rasa tanggung jawab untuk mengamalkan agama ini
Tidak berupaya untuk menyebarkan dan berkhidmat kepada agama ini.
18. Cemas dan ketakutan ketika datang musibah atau terjadi masalah
Engkau
mendapatinya gemetar ketakutan, terganggu keseimbangannya, linglung,
egois dan bingung dengan keadaannya ketika tertimpa bencana dan musibah.
Jalan keluar tertutup dari pandangannya, dikuasai kegundahan, tidak
dapat menghadapi kenyataan dengan stabil dan dengan hati/kalbu yang
kuat. Itu semua dikarenakan lemah iman.
19. Banyak berdebat, pamer lagi keras hati
Perdebatan tanpa dalil dan tanpa tujuan yang benar membuat jauh dari jalan yang lurus.
20. Cinta dunia, sangat bernafsu dan berhasrat terhadapnya
Ketergantungan
hatinya kepada dunia sampai kepada tingkatan akan merasa sakit jika ada
kesempatan yang luput darinya, baik dalam bentuk harta, kehormatan,
kedudukan maupun tempat tinggal. Menganggap diri bodoh dan buruk
perencanaan hanya karena tidak bisa mendapat apa yang didapatkan orang
lain. Dia merasa sakit dan amat tertekan jika melihat saudaranya
memperoleh apa yang tidak didapatkannya dari kesempatan dunia. Bahkan
terkadang mendengki dan mengharap nikmat itu sirna dari saudaranya. Ini
bertentangan dengan iman.
21. Mengambil ucapan seseorang dan retorika naluriah akal semata dengan mengesampingkan sisi imaniah
Bahkan
hampir-hampir engkau tidak mendapati dalam pembicaraannya unsur
al-Quran, sunah atau perkataan generasi pendahulu Islam (salaf)
-rahimahullah-.
22. Pemanjaan diri yang berlebihan dalam makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kendaraan
Inilah
tanda-tanda atau gejala-gejala fenomena lemahnya iman. Jika diantara
kita merasa salah satu atau lebih tanda-tanda ini sudah mulai kita
rasakan, maka segeralah bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Lakukanlah hal-hal yang dapat mendorong keimanan kita ke dalam kadar
yang lebih tinggi. Memang tidak ada manusia yang sempurna, namun
melakukan sesuatu agar menjadi pribadi muslim yang lebih baik akan lebih
baik dibandingkan berdiam diri menerima apa yang terjadi saat ini.
Sumber:Fenomena Lemahnya Iman, Muhammad Soleh al-Munajjid
No comments:
Post a Comment