Thursday, January 30, 2014

Fenomena Handphone China

Bicara barang china, mungkin kita semua bakalan teringat satu kata. Murah. Yah, barang china memang rata-rata mempunyai banderolan harga dibawah rata-rata. Dan dengan strategi itu pula brand china mampu bersaing dengan brand-brand yang telah lebih lama beredar. Bahkan untuk beberapa kriteria brand ini mampu menguasai pasaran. Sebut saja kelas handphone TV. Brand mana sih yang berani adu nyali dengan handphone china di sektor ini? Seperti apa seeh fenomena ponsel china di tanah air? Kriteria apa saja yang membedakan antara brand lokal dengan ponsel china yang dibawa distributor?

Ponsel China terus saja masuk ke Indonesia. Modusnya beragam, mulai dari pasar gelap atau black market hingga melalui distributor resmi. Yang paling baru adalah melalui prinsipal resmi yang memiliki kantor di Indonesia, bahkan brand-nya juga lokal. Para distributor yang lebih suka disebut prinsipal ini kemudian mengurus ijin untuk membuat merk baru.

Industri IT di Indonesia sedang dalam kondisi sangat bergairah, ibarat pasutri yang sedang bulan madu, kondisi pasarnya sedang harmonis. halah ) Konsumen juga semakin aware, sementara si produsen juga makin agresif mendatangkan produk baru untuk pemenuhan kebutuhan pasar. Iklim ini membuat roda perekonomian semakin meningkat.

Pangsa pasar Import Elektronik juga terus meningkat. Data statistik dari Depperindag menyebutkan, sejak tahun 2005, Total nilai ekspor Indonesia ke China mencapai USD 3,2 Miliar, sementara nilai impor kita dari China hanya mencapai USD 3,8 Miliar. Dari jumlah itu, konstribusi Impor China juga banyak didominasi produk elektronik, mulai lemari es, TV, Perangkat HiFi hingga Ponsel.

Dominikus Susanto, Product Marketing Manager, mengatakan murahnya ongkos produksi di China membuat banyak distributor di Indonesia berani mendatangkan ponsel China. Ponsel ini dikemas dengan harga murah, serta fitur yang tidak kalah dengan merk terkenal seperti Nokia, Sony Ericsson bahkan Motorola sekalipun.

“ Kami mengakui bahwa sebagian dari produk Nokia dibuat oleh pabrikan Nokia di China. Kenapa? Ini untuk memenuhi kebutuhan handset Nokia untuk user Asia khususnya. Bahkan sekitar 85% ponsel yang beredar di Indonesia di produksi di China. Sebab China melayani distribusi di Negara Asia terdekat seperti Indonesia. Mengenai spare part, tak perlu khawatir Nokia bertanggung-jawab atas layanan after salesnya”, ungkap Dominikus

Bukan menjadi rahasia umum, China memegang peranan penting dalam industri telekomunikasi, puluhan merk ponsel diproduksi di sejumlah kawasan industri negara ini. Data yang dihimpun News Ponsel menyebutkan, hampir semua ponsel Nokia yang beredar di Indonesia diproduksi di China, sebut saja Nokia 8800 yang dibuat oleh Lamax Group Co. Ltd. di Guandong Cina. Ponsel terbaru seperti Nokia N73, N93 juga diproduksi di provinsi Guandong, China tepatnya di kota Shenzhen. Begitu juga Nokia N70, 6680, dan 6630 dibuat oleh Potasen (HK) Technology Limited. Ponsel buatan China ini juga diekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Itali, Yordania, Australia, Canada, dan Swedia.

Yup…Shenzhen, kota yang dahulu hanya sebuah perkampungan nelayan, dan dihuni tidak lebih dari 50.000 orang itu kini menjelma sebagai kota teknologi. Hampir semua pabrikasi besar elektronik dunia berkumpul dan memproduksi barang mereka di kota ini. Shenzhen Daily melaporkan, 750 juta hingga 780 juta ponsel yang diproduksi secara global pada tahun lalu. Produksi ponsel di China berbagai merk mencapai 300 juta ponsel, 80 juta diantaranya dibuat di Shenzhen.

Di China sendiri terdapat 17 perusahaan, sudah ada 54 perusahaan dari Negara asing mendapat lisensi untuk memproduksi ponsel dan membuat pabrik di Shenzhen. Tiga vendor terkemuka dunia, Nokia, Motorola dan Samsung telah melakukan assembling produk mereka di Shenzhen. Menurut Huang Zhaohui, Chairman of Shenzhen Transit Communication Equipment Limited seperti dikutip dari Shenzhen Daily, perusahaan yang ada di Shenzen mampu menghasilkan 90% komponen ponsel. Hal ini dinilai masuk akal karena biaya produksi di China memang lebih murah.

Sesuai Pesanan
Membeli ponsel di China bisa dilakukan sesuai pesanan, misalnya layar apa yang akan digunakan, termasuk fitur didalamnya bisa disesuikan dengan budget yang telah kita sediakan. Misalnya Anda hendak memesan ponsel atau PDA yang hendak dijual dengan harga 1 jutaan, maka produsen di China bisa menyesuaikan dengan spesifikasi tertentu, tentunya sesuai dengan permintaan. Mendatangkan ponsel China ke Indonesia bukanlah hal yang sulit, sebab sudah diatur oleh Kepmen No: 11/M-Ind/Per/3/2006. Aturannya sudah jelas bahwa Produksi dalam negeri adalah barang/jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang diproduksi atau dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, yang dalam proses produksi atau pengerjaannya dimungkinkan penggunaan bahan baku/komponen impor.

Salah satu contoh adalah apa yang telah dilakukan oleh Hitech. Hitech diklaim sebagai ponsel dengan merk nasional yang perakitannya dilakukan di China. Seperti yang telah diungkapkan oleh Andreas Himawan, General Manager Hitech Mobile dalam acara peluncuran Hitech H382 dan H39 beberapa saat yang lalu, “Kami telah mempelajari kegagalan merk ponsel lain yang mengalami kegagalan dalam hal pemasaran. Kami menggandeng beberapa mitra untuk memproduksi ponsel Hitech. Diantaranya adalah mitra usaha, mitra produksi, dan mitra service. Mitra usaha berupa beberapa partner dalam pemasaran produk. Mitra industri berupa partner dalam pembuatan produk. Mitra service dalam hal perbaikan ponsel”. Ujarnya.

“Ponsel kami diproduksi oleh mitra kami di China. Di sana kami memiliki banyak mitra mulai mitra produksi PCB, mitra produksi komponen, mitra produksi casing, hingga mitra produksi packaging dan Quality Control. Kami hanya mendesain produk dan merumuskan komposisi fitur. Hal ini kami lakukan karena biaya memasukkan berupa produk jadi (ponsel utuh) lebih murah ketimbang berupa spare part. Jika kami membuat dan merakitnya di Indonesia, harga jualnya akan melambung tinggi.” Tambah Andreas.

Salah satu alasan pembuatan ponsel di China adalah ongkos buruh murah yang sangat murah, apalagi perizinan tanah yang mudah karena dikuasai oleh negara. Selain resource untuk komponen hardware juga mudah didapat sehingga biaya produksi bisa diminimalisir. Alasan tersebut memang masuk akal karena sarana dan prasarana untuk memproduksi ponsel sudah tersedia dengan lengkap di China.

Sedangkan jika diproduksi di Indonesia, banyak sekali parameter yang harus dipikirkan, mulai dari ketersediaan bahan baku, tenaga kerja yang mahal, perijinan yang masih berbelit, dan sebagainya. Berkaca dari China, seharusnya pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan serupa untuk mendorong investasi pada produksi komponen ponsel. Dengan begitu, kita bisa menghasilkan ponsel sendiri dengan harga murah.

Andreas juga menjelaskan banyak para distributor ponsel china yang mengabaikan faktor garansi dan service, itulah salah satu alasannya mengapa pihak Hi-tech, menggandeng DGE (Dian Graha Elektrika) sebagai salah satu mitra penjualan ponsel Hi Tech. DGE juga menjadi pusat layanan service center bagi K-Touch.

Awas Distributor Lari
Parameter yang bisa dikatakan penting ketika memutuskan untuk membeli ponsel adalah layanan purna jual yang memadai, serta jaminan ketersediaan spare part yang cukup. Para distributor ponsel China ini umumnya tidak memiliki ketersediaan sparepart. Salah seorang sumber terpercaya yang juga mantan distributor ponsel China mengatakan, mekanisme pembelian ponsel umumnya skema 10:3 dari 10 ponsel yang dijual ke masyarakat, distributor ini menyediakan 3 ponsel cadangan yang bisa difungsikan sebagai Replacement. Artinya, jika ponsel yang sudah dijual bermasalah maka langsung dilakukan penggantian unit baru yang sudah disiapkan.

Bagaimana dengan unit yang rusak atau bermasalah tadi? Alih-alih mengembalikan ke pabrikan, unit ini lantas menjadi barang yang siap dikanibal. Banyak pengusaha lokal yang menjadi distributor ponsel China, mereka umumnya melakukan diversifikasi vertical, yakni menambah produk baru yang secara teknologis ada hubungannya dengan hasil produksi yang sudah ada.

Hal ini disebabkan oleh mudahnya sang distributor untuk mendatangkan produk baru, bahkan tidak sedikit yang malah membuat brand baru, sebagai strategi untuk membanjiri pasar dengan ponsel yang mereka keluarkan

Hal senada juga diungkapkan oleh Untung BW, Marketing Product Manager Star Tech. Bahwa kendala yang selama ini dialami oleh end user adalah belum memahami kualitas dari ponsel china .Jika sudah bicara kualitas, lanjut Untung, maka parameter pengujian dalam QC juga harus dilibatkan, artinya para distributor ponsel china umumnya tidak memiliki standar pengujian Quality Control yang bisa dipercaya.

”Belajar dari pengalaman itu, kami memiliki sertifikasi sebagai principal dan bukan lagi sebagai distributor. Sebab principal berhak memesan fitur maupun desain untuk ditujukan pada pabrikannya yang ada di China. Jadi secara otomatis kita bertanggung jawab penuh atas semua kualitas handset yang kami pasarkan ini. Lain halnya dengan distributor, sebagai distributor mereka hanya bertugas menjual tanpa bertanggung jawab dengan kualitas handset yang dipasarkan tersebut”ujarnya sembari promosi.

Sementara itu, Kusuma Ruslan, Marketing Manager Hi Tech mengatakan untuk mendapatkan standarisasi yang memungkinkan, anggota QC diwajibkan training terlebih dahulu di pabrikan pusat yang ada di China. Setelah lulus melampaui training tersebut, maka tenaga yang datang kembali ke Indonesia sudah dalam kondisi siap pakai pelayanannya. Dengan langkah training demikian, diharapkan Hi Tech mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan handset tentunya. (np)

Data dan Fakta
Di China sendiri terdapat 17 perusahaan, sudah ada 54 perusahaan dari Negara asing mendapat lisensi untuk memproduksi ponsel dan membuat pabrik di Shenzhen
750 juta hingga 780 juta ponsel yang diproduksi secara global pada tahun lalu. Produksi ponsel di China berbagai merk mencapai 300 juta ponsel, 80 juta diantaranya dibuat di Shenzhen.
Nokia juga mendirikan pabrik di China. Ponsel Nokia buatan China ini juga diekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Itali, Yordania, Australia, Canada, Swedia.
Tiga vendor terkemuka dunia, Nokia, Motorola dan Samsung telah melakukan assembling produk mereka di Shenzhen
Ponsel Nokia yang beredar di Indonesia, sebagian besar dibuat di China.| 


Sumber : nitnotmobilephone.blogspot.com

No comments:

Post a Comment