Bicara barang china, mungkin kita semua bakalan teringat satu kata.
Murah. Yah, barang china memang rata-rata mempunyai banderolan harga
dibawah rata-rata. Dan dengan strategi itu pula brand china mampu
bersaing dengan brand-brand yang telah lebih lama beredar. Bahkan untuk
beberapa kriteria brand ini mampu menguasai pasaran. Sebut saja kelas
handphone TV. Brand mana sih yang berani adu nyali dengan handphone
china di sektor ini? Seperti apa seeh fenomena ponsel china di tanah
air? Kriteria apa saja yang membedakan antara brand lokal dengan ponsel
china yang dibawa distributor?
Ponsel China terus saja masuk ke
Indonesia. Modusnya beragam, mulai dari pasar gelap atau black market
hingga melalui distributor resmi. Yang paling baru adalah melalui
prinsipal resmi yang memiliki kantor di Indonesia, bahkan brand-nya juga
lokal. Para distributor yang lebih suka disebut prinsipal ini kemudian
mengurus ijin untuk membuat merk baru.
Industri
IT di Indonesia sedang dalam kondisi sangat bergairah, ibarat pasutri
yang sedang bulan madu, kondisi pasarnya sedang harmonis. halah )
Konsumen juga semakin aware, sementara si produsen juga makin agresif
mendatangkan produk baru untuk pemenuhan kebutuhan pasar. Iklim ini
membuat roda perekonomian semakin meningkat.
Pangsa pasar Import
Elektronik juga terus meningkat. Data statistik dari Depperindag
menyebutkan, sejak tahun 2005, Total nilai ekspor Indonesia ke China
mencapai USD 3,2 Miliar, sementara nilai impor kita dari China hanya
mencapai USD 3,8 Miliar. Dari jumlah itu, konstribusi Impor China juga
banyak didominasi produk elektronik, mulai lemari es, TV, Perangkat HiFi
hingga Ponsel.
Dominikus Susanto, Product Marketing Manager,
mengatakan murahnya ongkos produksi di China membuat banyak distributor
di Indonesia berani mendatangkan ponsel China. Ponsel ini dikemas dengan
harga murah, serta fitur yang tidak kalah dengan merk terkenal seperti
Nokia, Sony Ericsson bahkan Motorola sekalipun.
“ Kami mengakui
bahwa sebagian dari produk Nokia dibuat oleh pabrikan Nokia di China.
Kenapa? Ini untuk memenuhi kebutuhan handset Nokia untuk user Asia
khususnya. Bahkan sekitar 85% ponsel yang beredar di Indonesia di
produksi di China. Sebab China melayani distribusi di Negara Asia
terdekat seperti Indonesia. Mengenai spare part, tak perlu khawatir
Nokia bertanggung-jawab atas layanan after salesnya”, ungkap Dominikus
Bukan
menjadi rahasia umum, China memegang peranan penting dalam industri
telekomunikasi, puluhan merk ponsel diproduksi di sejumlah kawasan
industri negara ini. Data yang dihimpun News Ponsel menyebutkan, hampir
semua ponsel Nokia yang beredar di Indonesia diproduksi di China, sebut
saja Nokia 8800 yang dibuat oleh Lamax Group Co. Ltd. di Guandong Cina.
Ponsel terbaru seperti Nokia N73, N93 juga diproduksi di provinsi
Guandong, China tepatnya di kota Shenzhen. Begitu juga Nokia N70, 6680,
dan 6630 dibuat oleh Potasen (HK) Technology Limited. Ponsel buatan
China ini juga diekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis,
Itali, Yordania, Australia, Canada, dan Swedia.
Yup…Shenzhen,
kota yang dahulu hanya sebuah perkampungan nelayan, dan dihuni tidak
lebih dari 50.000 orang itu kini menjelma sebagai kota teknologi. Hampir
semua pabrikasi besar elektronik dunia berkumpul dan memproduksi barang
mereka di kota ini. Shenzhen Daily melaporkan, 750 juta hingga 780 juta
ponsel yang diproduksi secara global pada tahun lalu. Produksi ponsel
di China berbagai merk mencapai 300 juta ponsel, 80 juta diantaranya
dibuat di Shenzhen.
Di China sendiri terdapat 17 perusahaan,
sudah ada 54 perusahaan dari Negara asing mendapat lisensi untuk
memproduksi ponsel dan membuat pabrik di Shenzhen. Tiga vendor terkemuka
dunia, Nokia, Motorola dan Samsung telah melakukan assembling produk
mereka di Shenzhen. Menurut Huang Zhaohui, Chairman of Shenzhen Transit
Communication Equipment Limited seperti dikutip dari Shenzhen Daily,
perusahaan yang ada di Shenzen mampu menghasilkan 90% komponen ponsel.
Hal ini dinilai masuk akal karena biaya produksi di China memang lebih
murah.
Sesuai Pesanan
Membeli
ponsel di China bisa dilakukan sesuai pesanan, misalnya layar apa yang
akan digunakan, termasuk fitur didalamnya bisa disesuikan dengan budget
yang telah kita sediakan. Misalnya Anda hendak memesan ponsel atau PDA
yang hendak dijual dengan harga 1 jutaan, maka produsen di China bisa
menyesuaikan dengan spesifikasi tertentu, tentunya sesuai dengan
permintaan. Mendatangkan ponsel China ke Indonesia bukanlah hal yang
sulit, sebab sudah diatur oleh Kepmen No: 11/M-Ind/Per/3/2006. Aturannya
sudah jelas bahwa Produksi dalam negeri adalah barang/jasa termasuk
rancang bangun dan perekayasaan yang diproduksi atau dikerjakan oleh
perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, yang dalam
proses produksi atau pengerjaannya dimungkinkan penggunaan bahan
baku/komponen impor.
Salah satu contoh adalah apa yang telah
dilakukan oleh Hitech. Hitech diklaim sebagai ponsel dengan merk
nasional yang perakitannya dilakukan di China. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Andreas Himawan, General Manager Hitech Mobile dalam
acara peluncuran Hitech H382 dan H39 beberapa saat yang lalu, “Kami
telah mempelajari kegagalan merk ponsel lain yang mengalami kegagalan
dalam hal pemasaran. Kami menggandeng beberapa mitra untuk memproduksi
ponsel Hitech. Diantaranya adalah mitra usaha, mitra produksi, dan mitra
service. Mitra usaha berupa beberapa partner dalam pemasaran produk.
Mitra industri berupa partner dalam pembuatan produk. Mitra service
dalam hal perbaikan ponsel”. Ujarnya.
“Ponsel kami diproduksi
oleh mitra kami di China. Di sana kami memiliki banyak mitra mulai mitra
produksi PCB, mitra produksi komponen, mitra produksi casing, hingga
mitra produksi packaging dan Quality Control. Kami hanya mendesain
produk dan merumuskan komposisi fitur. Hal ini kami lakukan karena biaya
memasukkan berupa produk jadi (ponsel utuh) lebih murah ketimbang
berupa spare part. Jika kami membuat dan merakitnya di Indonesia, harga
jualnya akan melambung tinggi.” Tambah Andreas.
Salah satu alasan
pembuatan ponsel di China adalah ongkos buruh murah yang sangat murah,
apalagi perizinan tanah yang mudah karena dikuasai oleh negara. Selain
resource untuk komponen hardware juga mudah didapat sehingga biaya
produksi bisa diminimalisir. Alasan tersebut memang masuk akal karena
sarana dan prasarana untuk memproduksi ponsel sudah tersedia dengan
lengkap di China.
Sedangkan jika diproduksi di Indonesia, banyak
sekali parameter yang harus dipikirkan, mulai dari ketersediaan bahan
baku, tenaga kerja yang mahal, perijinan yang masih berbelit, dan
sebagainya. Berkaca dari China, seharusnya pemerintah Indonesia
menerapkan kebijakan serupa untuk mendorong investasi pada produksi
komponen ponsel. Dengan begitu, kita bisa menghasilkan ponsel sendiri
dengan harga murah.
Andreas juga menjelaskan banyak para
distributor ponsel china yang mengabaikan faktor garansi dan service,
itulah salah satu alasannya mengapa pihak Hi-tech, menggandeng DGE (Dian
Graha Elektrika) sebagai salah satu mitra penjualan ponsel Hi Tech. DGE
juga menjadi pusat layanan service center bagi K-Touch.
Awas Distributor Lari
Parameter
yang bisa dikatakan penting ketika memutuskan untuk membeli ponsel
adalah layanan purna jual yang memadai, serta jaminan ketersediaan spare
part yang cukup. Para distributor ponsel China ini umumnya tidak
memiliki ketersediaan sparepart. Salah seorang sumber terpercaya yang
juga mantan distributor ponsel China mengatakan, mekanisme pembelian
ponsel umumnya skema 10:3 dari 10 ponsel yang dijual ke masyarakat,
distributor ini menyediakan 3 ponsel cadangan yang bisa difungsikan
sebagai Replacement. Artinya, jika ponsel yang sudah dijual bermasalah
maka langsung dilakukan penggantian unit baru yang sudah disiapkan.
Bagaimana
dengan unit yang rusak atau bermasalah tadi? Alih-alih mengembalikan ke
pabrikan, unit ini lantas menjadi barang yang siap dikanibal. Banyak
pengusaha lokal yang menjadi distributor ponsel China, mereka umumnya
melakukan diversifikasi vertical, yakni menambah produk baru yang secara
teknologis ada hubungannya dengan hasil produksi yang sudah ada.
Hal
ini disebabkan oleh mudahnya sang distributor untuk mendatangkan produk
baru, bahkan tidak sedikit yang malah membuat brand baru, sebagai
strategi untuk membanjiri pasar dengan ponsel yang mereka keluarkan
Hal
senada juga diungkapkan oleh Untung BW, Marketing Product Manager Star
Tech. Bahwa kendala yang selama ini dialami oleh end user adalah belum
memahami kualitas dari ponsel china .Jika sudah bicara kualitas, lanjut
Untung, maka parameter pengujian dalam QC juga harus dilibatkan, artinya
para distributor ponsel china umumnya tidak memiliki standar pengujian
Quality Control yang bisa dipercaya.
”Belajar dari pengalaman
itu, kami memiliki sertifikasi sebagai principal dan bukan lagi sebagai
distributor. Sebab principal berhak memesan fitur maupun desain untuk
ditujukan pada pabrikannya yang ada di China. Jadi secara otomatis kita
bertanggung jawab penuh atas semua kualitas handset yang kami pasarkan
ini. Lain halnya dengan distributor, sebagai distributor mereka hanya
bertugas menjual tanpa bertanggung jawab dengan kualitas handset yang
dipasarkan tersebut”ujarnya sembari promosi.
Sementara itu,
Kusuma Ruslan, Marketing Manager Hi Tech mengatakan untuk mendapatkan
standarisasi yang memungkinkan, anggota QC diwajibkan training terlebih
dahulu di pabrikan pusat yang ada di China. Setelah lulus melampaui
training tersebut, maka tenaga yang datang kembali ke Indonesia sudah
dalam kondisi siap pakai pelayanannya. Dengan langkah training demikian,
diharapkan Hi Tech mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan
handset tentunya. (np)
Data dan Fakta
Di China sendiri
terdapat 17 perusahaan, sudah ada 54 perusahaan dari Negara asing
mendapat lisensi untuk memproduksi ponsel dan membuat pabrik di Shenzhen
750
juta hingga 780 juta ponsel yang diproduksi secara global pada tahun
lalu. Produksi ponsel di China berbagai merk mencapai 300 juta ponsel,
80 juta diantaranya dibuat di Shenzhen.
Nokia juga mendirikan pabrik
di China. Ponsel Nokia buatan China ini juga diekspor ke Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Itali, Yordania, Australia, Canada,
Swedia.
Tiga vendor terkemuka dunia, Nokia, Motorola dan Samsung telah melakukan assembling produk mereka di Shenzhen
Ponsel Nokia yang beredar di Indonesia, sebagian besar dibuat di China.|
Sumber : nitnotmobilephone.blogspot.com
No comments:
Post a Comment